SURABAYA-Selain kota Pahlawan, Surabaya juga disebut kota sejarah religi, salah satu saksi bisunya adalah berdirinya Masjid Cheng Ho.
Selama di Surabaya, kami menyambangi beberapa lokasi bersejarah yakni Tugu Pahlawan, Taman Bungkul, Masjid Al Akbar Surabaya dan kini kembali menyempatkan diri berkunjung ke salah satu bangunan masjid berarsitektur Tionghoa, Arab dan Jawa. Bangunan unik dan bersejarah ìtu adalah Masjid Muhammad Cheng Ho berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya, Jawa Timur.
Baca juga:
Woww....Fotografer Bupati Barru Ternyata
|
Arsitektur bangunan masjid ini terselip unsur budaya Tiongkok yang sudah ada sejak lama di bumi Nusantara. Salah satunya adalah Kelenteng. Kelenteng dikenal sebagai tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa.
Keindahan seni dan budaya cukup kental di masjid ini. Masjid Cheng Ho Surabaya adalah masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama Muslim Tionghoa, dan menjadi symbol perdamaian umat beragama.
Sejauh mata memandang, masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief Muhammad Cheng Ho serta perahu di sisi kanan masjid dan sebuah bedug.
Pembangunan Masjid Ceng ho Surabaya ini merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Tiongkok yang beragama Islam. Abad ke-15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan melakukan ekspedisi Asia Tenggara termasuk ke Indonesia dengan mengemban beberapa misi, di antaranya berdagang, menjalin persahabatan, serta menyebarkan ajaran agama Islam di berbagai wilayah di Nusantara, terutama di pulau Jawa.
Pembangunan Masjd Muhammad Cheng Hoo Indonesia dimulai dari tanggal 15 Oktober 2001, diawali dengan upacara peletakan batu pertama yang dihadiri oleh sejumlah tokoh Tionghoa Surabaya. Sejumloh tokoh masyarakat Jawa Timur, Jajaran pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
Selain itu moment tersebut juga disaksikan oleh semua anggota PITI Surabaya dan Jawa Tlimur sertatokoh-tokah masyarakat di Surabaya.
Masjid dibangun di atas tanah seluas 3.070 m2. Perpaduan gaya Arab dan Tiongkok menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur masjid diilhami Masjid Niujie di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi, dan tampak pada bagian atap utama, dan mahkota masjid.
Selebihnya, masjid ini memadukan gaya arsitektur Arab dan Jawa. Kemudian pengembangon desain arsitekturnya dilakukan oleh Alm.Ir. Aziz Johan (Anggota PlTI dari Bojonegoro) didukung oleh tim teknis.
Tak heran, banyak masjid didirikan untuk mengenang jasa laksamana asal Tiongkok ini. Beberapa masjid Cheng Ho dibangun dengan arsitektur khas Negeri Tirai Bambu, menjadi akulturasi yang sangat apik dengan arsitektur khas Islam.
Setiap bagian bangunan masjid mengandung filosofi atau maknanya sendiri. Bangunan utama Masjid Cheng Ho yang berukuran 11 x 9 meter, mengikuti panjang dan lebar Ka’bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS yang berukuran 11 meter.
Sementara ukuran 9 meter diambil dari jumlah wali (Wali Songo) yang melaksanakan syiar Islam di Pulau Jawa. Pintu masuk masjid menyerupai Pagoda bertuliskan “Allah” dalam huruf Arab di bagian puncak pagoda.
Bagian atas bangunan yang bertingkat tiga merupakan pengaruh Hindu Jawa. Bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda. Dalam kepercayaan Tionghoa, angka 8 berarti ‘Fat’ atau keberuntungan.
Masjid ini merupakan hasil perpaduan berbagai gaya sehingga membuat Masjid Cheng Ho didominasi oleh empat warna merah, kuning, biru, dan hijau. Dalam kepercayaan Tionghoa, keempat warna ini adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan, dan kemakmuran.
Pengunjung juga dapat melihat relief laksamana yang bernama lengkap Muhammad Cheng Hoo bersama kapal yang digunakan saat mengarungi Samudera Hindia. Salah satu pesan yang hendak disampaikan melalui relief ini adalah agar umat Islam tetap rendah hati dalam menjalani hidup sehari-hari.
Masjid Cheng Ho terletak sekitar 1.000 meter sebelah utara Gedung Balai Kota Surabaya. Untuk menuju lokasi ini, kita dapat memilih Jalan Taman Kusuma Bangsa, dan melalui Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Masjid ini terletak di area komplek gedung serba guna Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Jawa Timur.
Sementara, pintu masjid yang dibangun tanpa menggunakan daun pintu. Ini melambangkan, Masjid Cheng Hoo terbuka bagi siapa saja, dalam arti kata, ketika ingin masuk ke dalam masjid, seseorang harus meninggalkan hal-hal yang bersifat golongan dan duniawi.
Selain itu, ketika masuk masjid harus terfokus pada tujuan utama, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Masjid Cheng Ho Surabaya juga mampu menjadi wadah pendidikan dan pembinaan bagi umat, selain juga sebagai upaya untuk merangkul semua golongan, mengingat tujuan seseorang masuk ke masjid hanya satu, yakni beribadah kepada sang pencipta Allah SWT.
Saat ini, masjid Cheng Ho Surabaya juga dijadikan sebagai tempat pengenalan budaya dan juga seni arsitektur. Tak heran bila masjid ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat secara langsung keindahan dari arsitektur dari masjid yang bersejarah di kota Pahlawan ini.